Duterte, Pemimpin Filipina Kontroversial: Dari Perang Narkoba, Seks, dan Penutupan Tambang : Okezone News

-

[ad_1]

JAKARTA – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, dianggap sebagai ‘utusan Tuhan’ oleh pendukungnya. Di sisi lain, para pengkritiknya menuduh bahwa Duterte sebagai penjahat kemanusiaan.

Dia dijuluki ‘Si Penghukum’ dan ‘Trump dari Timur.’ Terlepas dari kontroversi internasional, tindakannya membuahkan hasil dan popularitasnya di dalam negeri terus meningkat.



 BACA JUGA:Pertashop Cuma Jual Pertamax, Pengusaha Rugi Pom-nya Sepi

Menutup Pertambangan

Masa awal kepemimpinannya, Duterte langsung menggebrak. Dia mengatakan Filipina dapat bertahan hidup tanpa pertambangan. Pemerintahannya pun mengkaji kemungkinan untuk melarang penambangan sepenuhnya. Alasannya adalah untuk menyelamatkan lingkungan.

“Kalau persoalannya adalah pelestarian negara saya, bumi Filipina, saya akan melakukan apa yang harus dilakukan,” kata Duterte dilansir dari BBC, Rabu (6/7/2022).

Pemerintah sudah memerintahkan penutupan 23 dari 41 tambang negara untuk melindungi daerah aliran sungai. Dan menangguhkan lima lain untuk pelanggaran lingkungan dan membatalkan 75 kontrak tambang yang belum dijalankan.

Sektor pertambangan memberikan kontribusi pemasukan sekitar 70 miliar peso Filipina (Rp17 triliun) per tahun. Tapi Presiden Duterte menganggap Filipina bisa hidup tanpa itu.

“Anda pikir Anda dapat hidup dengan itu (kerusakan lingkungan) karena 70 miliar (peso) atau karena mereka memberikan sumbangan untuk dana kampanye politik? Saya tidak,” kata Duterte, sambil menunjukkan gambar kerusakan lingkungan akibat pertambangan, dalam sebuah konferensi pers.

Filipina adalah salah satu eksportir nikel terbesar di dunia setelah Indonesia.

Tembak Mati Pengedar Narkoba

Duterte menyebut anggota parlemen Eropa sebagai ‘orang gila’ ketika menjawab kecaman mereka terhadap perang narkoba yang dilancarkannya secara berdarah. Duterte malah menyatakan bahwa semua pengedar akan dibunuh.

Ia mengatakan hal itu setelah Parlemen Eropa mengeluarkan resolusi yang mengutuk ‘tingginya jumlah pembunuhan di luar hukum’ dalam perang narkoba Duterte ini.

 BACA JUGA:Kenapa Pertashop Tidak Boleh Jualan Pertalite?

“Saya tidak paham orang-orang gila ini. Mengapa mereka mencoba untuk memaksakan (pandangan mereka) pada kami? Mengapa tidak mengurus masalah mereka sendiri,” kata Duterte,

“Mengapa Anda harus bikin masalah dengan kami, Persetan,” tegasnya.


Polisi dilaporkan telah menewaskan lebih dari 2.500 orang, sementara kelompok-kelompok hak asasi mengatakan terjadi pula lebih dari 5.000-8.000 kematian lainnya terkait dengan perang narkoba.

Dia mengatakan dia harus ‘menghancurkan’ pengedar kecil-kecilan di jalanan, sebagaimana bandar besar dan kartel narkoba.

 BACA JUGA:OJK Catat Kredit Perbankan Tembus Rp6.012,4 Triliun pada Mei 2022

Kondom gratis bagi warga miskin

Presiden Duterte telah memerintahkan lembaga-lembaga pemerintah untuk memperluas akses terhadap kontrasepsi, terutama bagi perempuan miskin.

Dia menginginkan agar pada tahun 2018, terjadi “kebutuhan yang belum terpenuhi untuk keluarga berencana modern mencapai angka nol.”

Perintah eksekutif Duterte untuk kontrasepsi gratis bagi masyarakat miskin ditandatangani awal tahun ini merupakan bagian dari perjuangan panjang untuk KB di Filipina yang mayoritas Katolik.

Memberlakukan hukuman mati

Filipina menghapuskan hukuman mati pada tahun 2006. Sekarang Duterte memberlakukannya kembali sebagai bagian dari kebijakannya yang keras dan berdarah dalam menangani kejahatan.

 BACA JUGA:Kesal Dituding Tak Masuk Kerja, Teknisi Bacok Kepala TU SMA di Cipayung

Anggota parlemen sudah mengesahkannya di DPR dan diperkirakan Senat akan meloloskannya juga.

Uskup Filipina sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik negeri itu mengatakan bahwa hukuman mati akan menjadi bias terhadap orang miskin, yang tidak akan mampu membayar pengacara yang baik, dan berpendapat tidak ada bukti bahwa hukuman mati mencegah kejahatan.

Para pendukung hukuman mati berharap bisa memberlakukannya lagi bulan Mei tahun ini.

Menjauh dari AS mendekat ke Cina

“Cina sekarang sedang sangat kuat, dan mereka memiliki keunggulan militer di kawasan ini,” kata Rodrigo Duterte beberapa bulan setelah berkuasa.

 BACA JUGA:Kemensos Cabut Izin Pengumpulan Uang, Presiden ACT: Kami Kaget!

Dia kemudian mengakhiri patroli angkatan laut gabungan bersama Amerika Serikat di Laut Cina Selatan yang disengketakan, dan mengusir pasukan AS dari Mindanao selatan.

Duterte menganggap kehadiran tentara AS itu turut mendorong bangkitnya pemberontakan Islamis Filipina – dan telah mengumumkan rencana untuk membeli peralatan militer dari Cina dan Rusia.

“Kami ibaratnya tidak bermaksud memotong tali pusar, tapi saya juga tidak ingin menempatkan negara saya dalam bahaya,” kata Duterte, yang bertekad untuk menetapkan kebijakan luar negeri yang independen.

Seks untuk rahasia

Hubungan AS-Filipina sekarang sedang diuji lebih lanjut oleh skandal yang lalu dijuluki ‘seks untuk rahasia’.

Pekan ini seorang purnawirawan laksamana angkatan laut AS dan delapan mantan perwira militer lainnya telah didakwa menerima suap berupa layanan seks, perjalanan wisata dan tunjangan mewah lainnya dari seorang kontraktor bisnis pertahanan Malaysia yang dijuluki Fat Leonard -atau Leonard si Gendut.

 BACA JUGA:Gus Miftah Ungkap Alasan Deddy Corbuzier, Raffi Ahmad dan Rizky Billar Batal Pergi Haji

Laksamana purmawirawan Bruce Loveless, 53 tahun, dan perwira lain dituduh menerima layanan pekerja seks dan suap lainnya dari Leonard Francis untuk mendapatkan imbalan informasi rahasia untuk membantu perusahaan milik Leonard Francis, Glenn Defence Marine Asia.

Francis juga dituduh membayarkan biaya makanan sebanyak $12.000 (Rp160 juta), anggur mahal dan cerutu yang per kotaknya seharga $2.000 (Rp27 juta).

[ad_2]

Source link

Category:
Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *