CHICAGO – Harga emas lagi-lagi turun di akhir perdagangan Kamis. Hal ini memperpanjang kerugian dalam lima hari berturut-turut.
Harga emas tertekan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan dolar yang lebih kuat menjelang laporan data pekerjaan AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, terpangkas lagi USD16,90 atau 0,98% menjadi USD1.709,30 per ounce, setelah jatuh ke level terendah sesi di 1.699,10 dolar AS per ounce.
Baca Juga: Harga Emas Antam Turun, Segram Dijual Rp949.000
Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik untuk hari kedua berturut-turut pada Kamis (1/9/2022), sementara indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya mencapai tertinggi baru 20 tahun, di 112, level puncak sejak Juni 2002.
“Harga emas telah terjun bebas setelah putaran lain data ekonomi yang kuat menunjukkan The Fed dapat memberikan lebih banyak kenaikan suku bunga,” kata Analis Platform Perdagangan Daring OANDA, Ed Moya, dikutip dari Antara, Jumat (1/9/2022).
“Emas menjadi karung tinju karena lonjakan imbal hasil obligasi telah memperkuat dolar. Itu baru saja menjadi berita buruk di mana-mana untuk emas. Tidak ada penangguhan hukuman yang terlihat untuk emas sampai pergerakan lebih tinggi dengan imbal hasil obligasi global berakhir,“ sambungnnya.
Baca Juga: Turun Lagi, Harga Emas Dibanderol USD1.726/Ounce
Data ekonomi yang positif juga menekan emas. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pengangguran awal AS turun 5.000 menjadi 232.000 dalam pekan yang berakhir 27 Agustus.
Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur AS dari S&P Global direvisi lebih tinggi menjadi 51,5 poin pada Agustus dari pembacaan awal 51,3.
Institute for Supply Management (ISM) mengatakan indeks manufaktur tetap di 52,8 persen, sama seperti Juli, mengalahkan ekspektasi dan tetap di atas ambang batas 50 persen yang mengindikasikan ekspansi.