Mengenang Riyanto, Banser yang Gugur Usai Memeluk Bom yang Akan Meledak di Gereja : Okezone Nasional

[ad_1]

JAKARTA – Kisah Riyanto, Banser yang gugur usai memeluk bom yang sedianya akan meledakkan gereja kembali menjadi perbincangan publik dalam perayaan satu abad Nahdlatul Ulama.

Riyanto merenggang nyawa saat mengamankan bom di Gereja Eben Haezer, Mojokerto. Atas dasar kemanusiaan, korban rela mati demi menyelamatkan jiwa orang lain dari ancaman bom.

Katinem, Ibu Riyanto, mengenang kembali kematian anaknya itu. Anak sulung dari tujuh bersaudara itu berpamitan kepada ibunya pada 24 Desember 2000 malam. Dia melaksanakan tugas bersama ratusan anggota Banser lainnya.

Saat kejadian, dia tidak diberitahu langsung oleh polisi. Beberapa petugas Polda Jatim dan Polresta Mojokerto sempat bolak-balik ke rumahnya untuk menanyakan keberadaan Riyanto. Namun, dia baru diberi tahu anaknya tewas setelah jenazah diautopsi.

Katinem mengaku tidak memiliki firasat apa pun sebelum peristiwa itu terjadi. Kini, dia mengaku sudah menerim dan ikhlas atas kepergian anaknya.

Banser dan Sejarahnya

Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama atau disingkat Banser merupakan badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) dari GP Ansor.

Tahun 1924 berdiri organisasi kepemudaan Syubbanul Wathan yang berarti Pemuda Tanah Air yang berdiri di bawah panji Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah dan dipimpin oleh Abdullah Ubaid, melalui media khusus telah memiliki anggota 65 orang.



Follow Berita Okezone di Google News

Perkembangan selanjutnya Subbanul Wathan disambut baik sebagai elemen unsur pemuda sehingga ratusan pemuda mencatatkan diri sebagai anggota, karena aktivitas organisasi ini menyentuh kepentingan dan kebutuhan pemuda saat itu.

Karena Subbanul Wathan telah diterima baik maka membentuk organisasi kepanduan yang diberi nama Ahlul Wathan (Pandu Tanah Air) sebagai inspektur umum kwartir Imam Sukarlan Suryoseputro.

Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942, banyak anggota Gerakan Pemuda Ansor umumnya dan Banser khususnya yang direkrut dalam pelatihan militer.

Laskar Hizbullah yang kemudian dikenal sebagai salah satu laskar penting dalam perang kemerdekaan diisi oleh banyak anggota Gerakan Pemuda Ansor dan Banser. Periode Jepang ini diyakini turut membentuk watak paramiliter sekaligus watak nasionalistis dari Banser.

Dalam buku Ensiklopedia NU disebutkan Banser NU Akronim dari Barisan Serba Guna NU. Lembaga semi-otonom dari GP Ansor, organisasi pemuda NU, yang berdiri pada 1930, empat tahun setelah NU didirikan.

Banser adalah barisan pemuda yang dikenal dengan penampilannya, mulai dari pakaian, sepatu, topi, hingga atribut-atribut lainnya.

Sebagai Barisan Serba Guna menjalankan berbagai fungsi yang biasanya dijalankan oleh polisi, seperti pengaturan lalu lintas atau pengamanan sebuah acara, dan tenaga relawan dalam peristiwa-peristiwa yang membutuhkan bantuan segera seperti dalam sebuah bencana.

Banser berdiri pada 1962, atau 32 tahun setelah pendirian GP Ansor. Tujuan pendiriannya adalah untuk memberikan pengamanan pada kegiatan-kegiatan yang digelar oleh Partai NU. Namun, diyakini bahwa pendiriannya juga berkaitan dengan semakin keras dan menghangatnya persaingan politik pada waktu itu, baik di tingkat nasional dan regional maupun internasional.

[ad_2]

Source link

Category:
Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *