Solar Langka, Pengemudi Truk Menjerit Biaya Operasional Bahan Bakar Meroket 30% : Okezone Economy

-

[ad_1]

JAKARTA – Pengemudi truk sayur dan buah di Pasar Induk, Jakarta Timur mengaku bahan bakar jenis Solar sulit di temui. Terutama di wilayah Lampung, tempat mengambil komoditas untuk di jual di Pasar Induk, Kramat Jati.

Salah satu pengendara truk Akbar mengungkapkan, hal tersebut sudah terjadi beberapa hari kebelakang. Menurutnya, dengan langkanya Solar di Lampung, menciptakan kerugian dari sisi pendapatannya.

“Benar-benar sulit, dari Lampung sampai Jakarta benar-benar kosong,” ujar Akbar kepada MNC Portal Indonesia, Senin(28/3/2022).

Baca Juga: Pengemudi: Sekarang Susah Cari Solar

Akbar mengatakan, untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar kendaraannya, maka mau tidak mau mengandalkan bahan bakar Solar yang di jual oleh warung-warung di pinggir jalan. Tentunya membuat biaya tambahan dari sisi BBM.

“Dari Lampung ke Jakarta di kios-kios itu lah beli, lebih mahal sekitar 30% dari harga Pom,” kata Akbar.

“Itu sangat merugikan, yang jelas dari uang jalan kita, uang jalan kita nambah, ongkos (yang dikasih) segitu-segitu saja,” sambungnya.

Baca Juga: Solar Langka di SPBU, Pertamina Bagaimana?

Akbar menjelaskan, dengan adanya biaya tambahan tersebut, kini lebih memilah dan memilih orderan yang menggunakan jasanya untuk mengangkut barang.

“Saya sampai nginep-nginep di sini (pasar induk) nunggu muatan yang bagus,” kata Akbar.

Selain itu, Supir Truk lainnya, Yoga yang kerap mengangkut pepaya dan pisang dari Sumatera dari Lampung mengatakan, bahan bakar solar sepanjang perjalanan dari Lampung hingga pelabuhan Bakauheni sulit ditemukan.

“Kalau untuk daerah Sumatera itu hampir rata-rata itu sulit, kita berangkat dari Tanggamus itu susah (cari solar),” ujar Yoga.

Yoga mengatakan, jika bahan bakar habis maka harus membeli solar ketengan di warung pinggir jalan, namun hal tersebut harus merogoh kantong yang lebih dalam. Sebab medan jalan di Lampung tidak seperti di pulau Jawa yang memiliki banyak tol, dan kondisi jalan yang datar.

“Kalau di Sumatera itu kan jalannya pegunungan, jadi lebih banyak butuh bahan bakarnya,” pungkas Yoga.

[ad_2]

Source link

Category:
Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *